Kerajinan Unik dari Limbah Sampah
Kamis, 29 Desember 2011
Oleh Degina Juvita
Dwi Budi Prasetyo, karyawan sebuah perusahaan swasta di bidang mekanikal elektronik memiliki hobi membuat kerajinan tangan. Bahan yang ia gunakan sederhana, berasal dari limbah sampah kulit telur, kardus, hingga kaleng bekas minuman soda. Ia mengaku, sejak lama menggeluti kerajinan tangan. Namun produknya baru dipasarkan pada 2009.
“Dulu istri saya sering membuat kue. Saya merasa sayang jika bahan sisa seperti kulit telur terbuang. Akhirnya saya putuskan untuk membuat lukisan dari bahan kulit telur,” tutur bapak satu anak ini.
Kegemarannya melukis merupakan bekal penting dalam membuat kerajinan tangan. Budi menyadari mahalnya bahan baru, pasti perlu modal yang besar untuk membeli peralatan lukis. Ia putar otak, tak kehabisan ide-- lalu memanfaatkan limbah kulit telur sebagai bahan untuk berkarya.
Bosan dengan medium kulit telur. Budi mencari alternatif bahan lainnya seperti kardus bekas. Beragam bentuk kerajinan; lampu dinding, kotak pensil hingga biola rekaan, ia buat dari kardus. Tak jarang karyanya dibeli oleh buyer dari luar negeri. “Pernah suatu kali ada pesanan dari kerabat dekat. Mereka minta stok ribuan kotak pensil dari kardus untuk di kirim ke Singapura. Karena saya hanya membuatnya sendiri tanpa karyawan, mau tidak mau saya batalkan pesanan itu,” kenang Budi.
Pria kelahiran Semarang, Mei 1967 lalu ini, menjalankan usaha mandiri yang diberi nama Recycle Art sebagai pengisi waktu luang. Bertempat di rumahnya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Budi membuka art shop kecil-kecilan sembari menjalankan usaha warung makan lesehan. Suasana teras rumahnya riuh di siang hari, ramai oleh para mahasiswa yang istirahat jam kuliah.
“Kebetulan rumah saya ini dekat kampus. Jadi sambil membantu usaha warung makan istri, saya pajang saja karya kerajinan tangan di teras. Tidak sedikit juga yang makan disini, lalu membeli kerajinan tangan,” cetusnya.
Budi giat mengikuti berbagai pameran kerajinan tangan sejak 2009 hingga kini, seperti di Jakarta Convention Center (JCC). Dari ajang-ajang itu, Budi manfaatkan promosi dan mengenal kolega dari berbagai kalangan. Karya terbaru yang dinuat Budi, berupa miniatur hingga relief berbahan plat dari limbah kaleng minuman soda.
Miniatur prajurit perang paling laku dipasaran. Harga miniatur Rp. 25 ribu hingga mencapai ratusan ribu. Produk-produknya terjual hingga India dan Eropa. “Kebanyakan turis asing yang tertarik dengan kerajinan tangan daur ulang. Dari pengalaman saya, ketika menghadapi pelanggan dari Indonesia, begitu mereka tahu produk ini terbuat dari limbah sampah, mereka batal membeli,” ungkap Budi.
Sebuah karya yang harga jualnya paling tinggi adalah lukisan relief naga berbahan batok kelapa. Harganya Rp. 5 Juta. Proses pengerjaan satu lukisan hanya membutuhkan waktu semalam dan dilakukan sendiri.
Semua hasil kerajinan tangan Budi dikerjakan menggunakan peralatan sederhana. Yakni gunting, bolpoin, pisau kecil, lem hingga tusuk gigi yang jadi andalan membuat karya. Budi membuat kerajinan daur ulang sampah, tentu punya maksud-- agar sampah tak terbuang percuma. Bila sampah dimanfaatkan, bisa mendatangkan keuntungan yang berlipat. Selain ikut menjaga lingkungan agar tetap bersih.
0 komentar:
Posting Komentar